Kamis, 04 November 2010

Makalah Varises


BAB II
TINJAUAN TEORI
1.                       Pengertian Varises
Varises sendiri merupakan kelainan pada pembuluh darah balik (vena), di mana terjadi penurunan atau hilangnya elastisitas dinding vena, vena yang berkelok-kelok, menonjol dan berbelit dan kerusakan katup. Varises sering terdapat pada ekstermitas bawah karena efek gravitasi pada tekanan vena.
Gambar. Varises
2.                       Etiologi Varises
   Pada 1981, trendelenburg memperhatikan bahwa varises diakibatkan oleh katup-katup vena yang tidak kompenten dan tekanan hidrostatik yang tidak normal pada ekstermitas bawah.


   Pada umur 40 tahun, 25% pria dan lebih dari 50% wanita mengalami varises. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kemungkinan adanya varises yaitu,:
Ø  Kehamilan ganda
Ø  Obesitas
Ø  Terlalu lama berdiri atau duduk
Ø  Akibat dari penyakit, seperti sirosis dan kegagalan jantung kanan.
Ø  Faktor keturunan keluarga terkait dengan adanya gangguan katup vena
Ø  Hormonal
Ø  Peningkatan tekanan darah abdominal
Ø  Obat-obatan
Ø  Bekas cedera benda tumpul di daerah kaki

Gambar. Mekanisme terjadinya varises
   Varises vena terjadi terutama pada ekstermitas bawah. Daerah vena pada ekstermitas bawah beredar dengan melawan gravitasi. Varises ini terdiri dari perubahan vena safena serta pelebaran cabang-cabangnya yang abnormal, memenjang dan berkelok-kelok. Katup-katup vena adalah unidirectoral, yaitu mengalirkan darah ke satu arah, yakni jantung dengan bantuan kompresi dan relaksasi otot-otot kaki. Makin lama, akumulasi tekanan pada katup-katup dapat membuat katup-katup menjadi tidak kompenten. Factor-faktor resiko seperti obesitas, berdiri atau duduk lama, kehamilan multiple, dan tekanan intra-abdominal yang kronis akan menambah tekanan pada vena. Katup-katup inkonpemten akan membuat vena menjadi kembung secara progesif, membesar, dan berbelit-belit. 
   Varises sekunder dapat terjadi sebagai akibat perugahan obstruktif dan kerusakan katup pada system vena provunda seperti tromboplebitis atau kadang-kadang pada okulasi vena proksimal akibat neoplasma. Fistula anterovenosa congenital atau akusita sering juga dihubungkan dengan varises.
   Vena safena magna dan cabng-cabangnya merupakan bagian yang paling sering terkena, tetapi vena safena parva juga dapat terkena. Terdapat satu atau banyak perforasi vena yang inkompenten pada pahadan tungkai bawah, sehingga darah dapat refluks kedalam vena yang varises tidak hanya dari atas, yaitu melalui jalan taut safenofemoral, tetapi juga dari system profunga pada vena yang inkompenten pada paha tengah atau tungkai bawah. Sebagian besar oleh karena magna atau vena komunikans pendek, tekanan vena tinggi dari dalam system dalam (profunda) (>300 mmHg) yang terjadi selama kompresi betis saat berjalan ditransmisikan ke vena superficial tersebut. Selama bertahun-tahun, vena membesar secara progresif; jaringan sekitar dan kulit dapat mengalami perubahan sekunder seperti fibrosis, edema kronik, dan pigmentasi kulit serta atrofi.
Hal lainnya yang menjadi penyebab varises:
Ø Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh vena melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung sebagaimana mestinya. Aliran darah dari kaki ke jantung sangat melawan gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan dinamisasi otot disekitarnya.
Ø Rusaknya katup pembuluh vena, padahal katup atau klep ini bertugas menahan darah yang mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang rusak membuat darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah
Gambar: Sirkulasi arteri dan vena pada kaki

Peregangan pembuluh darah ini terjadi karena besarnya tekanan di dalamnya yang mengakibatkan dinding pembuluh darah menjadi lemah dan dengan demikian mudah teregang. Misalnya, tekanan yang bertambah pada pinggul dan perut seperti halnya kehamilan dan terlalu gemuk.
Kehamilan dapat memperberat keadaan, karena pembuluh darah balik panggul yang menampung darah dari tungkai tertekan oleh janin.
Biasanya katup yang terdapat di bagian dalam pembuluh juga sudah melemah, sehingga tidak lagi mampu mengatur aliran darah yang masuk ke dalam pembuluh darah tersebut.
Kerentanan seseorang terhadap terjadinya kelainan ini biasanya diturunkan. Kelainan ini sering ditemukan pada tungkai bawah, tungkai atas, dan dinding perut bawah, walaupun pada dasarnya dapat terjadi di bagian tubuh manapun.
Kebanyakan penderita varises adalah wanita yang sehari-harinya banyak berdiri, atau menggunakan sepatu hak tinggi, yang merupakan pencetus terjadinya varises. Selain itu masalah pada wanita adalah kelebihan berat badan, penggunaan kontrasepsi oral, serta kehamilan. Pada saat hamil sirkulasi darah tidak lancar, dan cenderung terjadi pembendungan di kaki, vagina, atau dubur. Tapi yang paling banyak berperan terhadap timbulnya varises adalah pengaruh hormonal saat pubertas, kehamilan, dan menopause.
3.              Gejala Varises
Secara umum gejala klinis yang biasa ditimbulkan, yakni rasa nyeri, kejang, berat di betis, kram, dan tromboflebitis (panas dan nyeri). Namun sebenarnya gejala varises sendiri ada beberapa tingkatan. Pada tingkat awal, biasanya dimulai dengan keluhan seperti rasa pegal dan kram setelah lama berdiri. Ketika diperiksa secara klinis, belum terlihat tanda-tandanya. Pada derajat varises yang lebih tinggi, mulai tampak adanya kelainan pembuluh darah dan komplikasinya. Kaki terasa berat, rasa pegal tetap ada meskipun sedang beristirahat. Pada tingkat paling berat, timbul pembengkakan di daerah mata kaki, dan warna kulit di sekitar varises menjadi gelap.
Sering dirasakan penderita adalah pembengkakan di sepanjang pembuluh balik, diikuti dengan kekejangan pada otot serta perasaan lelah di tungkai belakang lutut.
Dalam hal lain, kulit pada tungkai bagian bawah mungkin pecah dan menyebabkan borok-borok besar. Selain itu terasa nyeri bila peradangan dan penggumpalan darah pada pembuluh balik terjadi di tungkai.



4.              Diagnosis Banding
Varises vena primer harus dibedakan dari varises skunder :
1)             Insufisiensi vena kronis pada sistem vena dalam (Sindrome postfebitis)
2)             Obstruksi vena retroperitoneal dari tekanan ekstrinsik atau fibrosis>
3)             Fistula arteriovenosa (Kongenital atau didapat)─Bruit ada dan thrill sering dapat dipalpasi
4)             Malformasi vena konginital.
Nyeri atau ketidaknyamanan skunder pada artritis,radikulopati,atau insufisiensi arteria harus dibedakan dari gejala yang berkaitan dengan keberadaan varises vena.
5.              Komplikasi dari Varises
Berbahaya bila terjadi infeksi pada dinding pembuluh varikose. Infeksi ini mempermudah terbentuknya gumpalan darah yang mungkin mengalir dan tersangkut, kemudian menyumbat pembuluh darah di tempat lain.
Jika kasus ringan, atropi, dan pigmentasi kulit di temukan pada atau diatas pergelangan kaki, ulsrasi skunder dapat terjadi, sering sebagai akibat dari trauma kecil atau bukan trauma.Ulccer kadan-kadang menyebar kedalam variks,dan mengakibatkan vistula yang akan dihubungkan dengan perdarahan parah yang tidak hilang apabila tungkai dinaikan dan tekanan lokal dipakai pada bagian yang mengalami perdarahan.
Dermatitis statis konis dengan infeksi jamur atau bakteri mungkin menjadi sebuah masalah.
Trombiflebitis dapat berkembang pada varises, terutama pada pasien setelah operasi, wanita hamil atau setelah melahirkan, atau wanuita yang menggunakan konstrasepsi oral. trauma lokal atau posisi duduk yang terlalu lama dapat juga menyebabkan trombosis vena superfisia.perluasan pada trpombosis kedalam sistem vena dalam dengan jalan verporasi vena atau melewati savenufemoral-junction dapat terjadi,mengakibatkan tromboflebitis dalam dan resiko emboli fulmo.
6.              Terapi
a.      Terapi non-operatif
Kompesi menggunakan stoking elastis ( medium atau sangat berarti) untruk memberi bantalan external pada vena kaki proksimal dan tungkai atas tetapi tidak termasuk lutut merupakan tindakan nonoperasi yang paling baik pada penatalaksanaan vena varises.(untuk sebagian pasien ,kompresi tinggi 20-30 mmhg biasanya sesuai). berguna untuk mencegah perkembangan varises pada stadium awal penyakit. Ketika stocking digunakan selama beberapa jam, berdiri dan menaikan tungkai jika memungkinkan,  kontrol yang baik untuk mencegah komplikasi perkembangan penyakit. Tindakan ini diterapkan untuk pasien usia lanjut, pasien yang menolak atau menunnda pembedahan/operasi,wanita yang berencana mempunyai anak dan pasien asimtomatok ringan.
b.      Terapi Operatif
Terapi bedah pada varises vena yang terdiri dari eksisi varises dan ligasi pada safenafemoral juction serta cabang-cabangnya apabila diindikasikan.Gambaran akurat pada yang terakhir diperlukan untuk mencegah bentuk varises berulang pada vena yang sebelumnya tidak terkena.Segmen vena yang tidak inkompeten dan mengalami varises tidak harus di ligasi atau dihilangkan; mereka mungkin diperlukan sebagai cangkok ateri untuk kehidupan pasien pada waktu yang akan datang.
Ulcus varises yang kecil mumnya dengan perawatan lokal,elevasi eksterminitas yang sering ,dan kompresi dengan pembalut atau beberapa bentuk komprese dengan pemakaian dengan sepatu tinggi untuk paien rawat jalan .Baik untuk melakukan prosedur Stripping sampai terjadi penyembuhan dan dermatitis stasis terkendalli.Beberapa ulkus memerlukan cangkok kulit.

c.       Skeloterapi kompersi
Skeroterapi untuk obliterasi dan tindakan permanen pada fibrosis pada vena yang terlibat umumnya di berikan untuk pengobatan residual varise kecil yang mengikuti  operasi varises vena. Injeksi lanjutan sklerosing ke dalam varise vena diikuti dengan priode kompresi akan menghasilkan obliterasi vena. Komplikasi seperti flebitis,nekrosis jaringan , atau infeksi dapat terjadi,dan berbagai keadaan dapat terjadi,tergantung ketrampilan operator.
7.              Prognosis
Pasien harus diberi informasi bahwa terkadang penbedahan yang dilakukan secara berhati-hati mungkin tidak dapat mencegah perkembangan varises tambahan sehingga penbedahan atau skleroterapi menjadi penting.Hasil baik berupa perbaikan gejala biasa ditunjukan oleh banyak pasien.Jika varises berat kembali muncul sesudah pembedahan, kelengkapan ligasi harus dipertayakan , dan eksplorasi ulang pada daerah sefenafemoral mungkin diperlukan. Sesudah pengobatan yang adekuat, perubahan jaringan sekunder selalu tidak mengalami kemunduran.
8.              Pencegahan Varises
Ada beberapa cara untuk mencegah varises sejak dini anatara lain adalah:
Ø   Olah raga secara teratur akan meningkatkan kekuatan otot kaki dan vena.Jaga berat badan tetap seimbang karena kalau tubuh gemuk berarti kaki harus menanggung beban berat yang berlebihan.
Ø   Kurangi penggunaan sepatu hak tinggi karena menyebabkan tumpuan kaki lebih banyak ke depan sehingga penggunaan otot betis tidak maksimal. Bila menggunakannya, seringlah istirahat dan menggerak-gerakkan kaki setiap 15 menit
Ø   Hindari berdiri terlalu lama, namun kalau pekerjaan mengharuskan banyak berdiri pindahkan beban dari satu kaki ke kaki lainnya setiap beberapa menit.
Ø   Jangan duduk sambil menyilangkan kaki terlalu lama karena dapat menghambat peredaran darah
Ø   Jangan gunakan pakaian sempit atau ketat pada bagian pinggang, paha, dan kaki
Ø   Biasakan mengonsumsi vitamin C dan E, selain baik untuk pembuluh darah, juga membantu mengurangi rasa sakit dan kram
Ø   Banyak makan bergizi, berkadar serat tinggi, buah dan sayur, untuk memperlancar buang air besar Kurangi konsumsi garam untuk menghindari pembengkakan
Ø   Hindari makanan pedas karena dapat merangsang pelebaran pembuluh darah
Ø   Lakukan senam kaki. Caranya: sambil duduk, putar pergelangan kaki searah jarum jam, lalu dan belakang.
Ø   Angkat kaki saat beristirahatBerdiri dan bergerak setiap 45 menit bila bepergian dengan pesawat terbang, atau saat duduk bekerja seharian, berhenti dan berjalan sebentar sedikitnya setiap 45 menit bila bepergian jauh dengan mobi
Ø   Mandi dengan air panas dan dingin bergantian sangat baik untuk peredaran darah


















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM VASKULER YAITU VARISES DENGAN LIGASI DAN PEMOTONGAN VENA

Ligasi dan pemotongann vena adalah prosedur pembedahan untuk varises vena. Ini diindikasikan bila pasien mengalami ketidaknyamanan menetap pada kaki, anestesi umum diperlukan untuk prosedur ini.
Prosedur meliputi ligasi dan pengangkatan vena safena melalui insisi yang dinuat melalui lipat paha dan pergelangan kaki dari kaki yang sakit. Insisi tambahan dapat dibuat padatitik varises sepanjang tungkai yang sakit untuk memisahkan dan mengangkat varises.
Pasien sering merasa bahwa kaki mereka tak menarik dan dapat melaporkan menghindari aktifitas social yang memerlukan penggunaan pakaian yang memajan kaki. Kebanyakan pasien mengekspresikan kesenangan tentang pembedahan  karena ini berarti mempunyai kaki yang secara kosmetik menarik dan mengakhiri ketidaknyamanan kaki kronis.
Persiapan perioperasi adalah sama untuk setiap pasien yang menjalani pembedahan. Pada pasca operasi, pasien kembali ke unit medical/bedah dengan :
§  Infuse IV
§  Balutan Ace di sekitar kaki operasi
§  Stoking antiembolisme paha atas pada tungkai nonoperasi.
Biasanya setelah 48 jam, balutan asal dilepas dan pasien dibiarkan untuk mandi pancuran. Baluran ace kemudian ditempatkan dengan stoking antiembolisme. Heparin dosis rendah sering diberikan sebagai profilaksi terhadap tromboplebitis selama bebrapa hari. RLP untuk klasifikasi KDB dari ligasi dan pemoongan vena adalah 3,5 hari (Lorenz,1991)

PERIODE PRAOPERASI
A. Pengkajian.
1)      Identitas Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.
2)        Alasan masuk rumah sakit
Kosmetik, gejala simtomatik lainnya seperti : kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri odema, Perdarahan spontan/akibat trauma dan Hiperpigmentasi
3)   Riwayat penyakit
Profokatif, pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena
KUlaitatif, kuantitatif, semakin berat
Regio ekstremitas bawah (kedua kaki)
Severity, sakitnya mengganggu kosmetik dan aktivitas sehari-hari (kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema)
Time, semakin hari semakin berat dan bertambah besar
4)   Riwayat atau adanya factor-faktor resiko :
·         Kehamilan
·         Tromflebitis vena dalam berulang
·         Berdiri lama
·         Riwayat keluarga tentang varises vena


5)   pemenuhan pola kebutuhan sehari-hari :

a. Persepsi
Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi), yang kemudian diberitahukan kepada ahli bedah apaakah diperlukan informasi lebih banyak (Informed consent). Pengalaman pembedahan masa lalu dapat meningkatkan kenyamanan fisik dan psikis serta mencegah komplikasi.
b. Status nutrisi
Secara langsung mempengaruhi respon pada trauma pembedahan dan anestesi. Sebelumnya perlu masukan karbohidrat dan protein untuk keseimbangan nitrogen negative. Puasa perlu dipersiapkan 8 jam sebelum operasi.
c. Status cairan dan elektrolit
Klien dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit cendrung mengalami komplikasi syok, hipotensi, hipoksia dan distritmia baik intraoperasi dan paska operasi.
d. Status emosi
Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan tergantung pengalaman masa lalu, strategi koping, system pendukung dan tingkat pembedahan. Kebanyakan klien yang mengantisipasi mengalami pembedahan dengan anssietas dan ketakutan.Ketidakpastian prosedur pembedahan menimbulkan ansietas, nyeri, insisi dan imobilisasi.

6)      Pemeriksaan fisik berdasarkan pada pengkajian vascular perifer (Apendiks E) dan survey umum (Apendiks F) dapat menunjukan :
·         Dilatasi, lekuk-lekuk vena superficial pada kaki
·         Keluhan-keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki breat, khususnya setelah berdiri lam
·         Pigmentasi kecoklatan pada kulit
·         Bengkak, yang secaraumum berkurang dengan peningkatan tungkai (juga disebut edema ortostik)

7)      Pemeriksaan diagnotik
·         Venogram menunjukkan lokasi pasti pada varises kedua vena superficial dan dalam.

B.     Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian praoperasi dan pascaoperasi, takut tentang
Batasan karakeristik : mengungkapkan takut tentang beberapa aspek pembedahan, meminta informasi, melaporkan perasaan cemas atau gugup, postur tubuh dan ekspresi wajah tegang, bicara banyak.

C.    Perencanaan
perencanaan
rasional
1.      Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratrium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan praoperasi, tinggal di ruang pemuihan, dan program pascaoperasi. Informasikan pasien bahwa obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri menjadi nyeri berat.
Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan kerja sama pasien selama pemulihan. Mempertahankan kadar analgesic darah konstan memeberikan control nyeri terbaik.
2.      Ajarkan dan usahakan pasien untuk :
·         Nafas dalam
·         Berbalik
·         Turun dari tempat tidur

Untuk mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri
3.      Biarkan pasien dan orang terdekat mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan. Perbaiki jika ada kekeliruan konsep. Rujuk pertanyaan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.
Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber ketakutan.
4.      Lengkapi daftar aktifitas (apendiks K). Beri tahu dokter jika ada kelainan dari hasil tes laboratorium praoperasi
Daftar cek memastikan semua aktivitas yang diperlukan telah lengkap. Aktivitas tersebut dirancaang untuk memastikan pasien telah siap secara fisiologis untuk pembedahan, sehingga mengurangi risiko lamanya penyembuhan
5.      Tegaskan penjelasan-penjelasan dari dokter
Pengulangan-pengulangan tersebut mendorong untuk belajar
6.      Jika pasien sedang menjalani pengobatan rutin hubungi dokter untuk menentukan pengobatan yang harus diberhentikan

D.    Evaluasi
Kriteria :
·         KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
·         Klien tenang dan tidak gelisah
·         Ekspresi wajah rileks



PERIODE POSTOPERASI
A.    Pengkajian
Saat menerima pasien :
·         Laksanakan pengkajian pascaoperasi rutin (apendiks L)
·         Kaji neurovascular (apendiks D) dari ekstermitas ang dioperasi
B.     Diagnosa Keperawatan
·         Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan b.d. ligasi dan pemotongan vena
·         Gangguan rasa aman nyeri b.d. pembedahan
·         Risiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi, hemoragi, tromboflebitis b.d. ligasi dan pemotongan vena
·         Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b.d. kurang pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas perawatan diri pada saat pulang

C.    Perencanaan
·         Perubahan perfusi jaringan
perencanaan
rasional
1.      Pantau status neurovaskuler seiap 2 jam x 24 jam, kemudian setiap 4 jam
Untuk medeteksi tanda-tanda awal masalah-masalah sirkulasi
2.      Pertahankan kaki ditinggikan bila di tempat tidur dan bila duduk dikursi. Jangan menekuk kaki ditempat tidur
Beberapa pembengkakan diperkirakan setelah pembedahan. Meninggikan ekstermitas memebantu menurunkan pembengkakkan dengan meningkatkan aliran balik vena. Penekukan lutut dapat meningkatkan statis
3.      Anjurkan latihan ditempat tidur sampai mulaiya ambulasi: fleksi, ekstensi, dan rotasi pergelangan kaki. Menjamin bahwa obat nyeri berikan sedikitnya 30 menit sebelum ambulasi selama dua hari pertama.
Untuk merangsang sirkulasi. Pasien kemunkinan lebih kooperatif dengan aktifitas fisik bila mereka tidak mengalami nyeri.
4.      Tutup kembali balutan Ace prn bila menjadi kendor. Gunakan teknik penutup spiral, lebih dulu pada telapak kaki kearah kepala pada ekstermitas yang sakit.
Kompresi balutan dan pembalut pada telapak kaki kearah kepala dengan ekstermitas ditinggikan meningkatkan aliran balik vena. Balutan ketat ini juga membantu mencegah pendarahan. Kurangnya pembalutan diperlukan dengan penutupan spiral.
5.      Bila pasien mengeluh kehilangan sensori atau sendari “takada jarum dan peniti” atau nyeri betis, kendorkan pembalut dan ubah posisi ekstermitas lebih tinggi.
Kehilangan sensori dapat menandakan kerusakan saraf safena sementara atau permanen dari pembedahan. Nyeri bêtise dapat menandakan tromboplebitis.
6.      Pertahankan stoking antiembolisme pada kaki nonoperasi. Lepaskan stoking bila memberikan perawatan hygiene. Inspeksi, bersihkan, dan lumasi kulit, kemudian gunakan kembali stoking. Jangan melepaskan pembalut sebagai perawatan hiegine sampai diinstruksikan untuk dilakukan oleh dokter.
Stoking antiembolisme membantu mencegah tromboplebitis. Perawatn kulit yang tepat mempertahankan integritas kulit.





·         Nyeri
perencanaan
rasional
1.      Pantau
·         Tekanan darah,nadi dan pernapasan setiap 4 jam.
·         Intensitas nyeri.
·         Tingkat kesadaran.

Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2.      Bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman. Tinggikan extremitas yang terasa sakit. Tekuk lutut dengan menggunakan bantal atau pentokong lutut di tempat tidur untuk menurunkan ketegangan otot-otot perut seterlah tindakan bedah
Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman untuk mengurangi penekanan dan mencegah otot-otot tegang membantu menurunkan rasa tidak nyaman.
3.      Ajarkan pasien teknis nernapas berirama untuk nyeri yang ringan sampai sedang dalam hubungannya dengan nyeri yang lain meringankan intervensi :
·         Instruksikan pasien untuk memelihara kontak mata pada suatu objek sambil menarik nafas perlahan melalui mulut dan mengeluarkan nafas melalui bibir yang dikerutkan
Distraksi menggangu stimulus nyeri dengan mengurangi rasa nyeri.Distraksi tidak mengubah intensitas nyeri. Paling baik digunakan untuk priode pendek pada nyeri ringan sampai sedang.
4.      Berikan obat anlgesik jikadibutuhkan dan evaluasi keektifannya. Berkan obat anlgesik sesuai dengan nyeri yang dirasakan pasien.
Pasien yang paling data menilai intensitas nyeri, sebab nyeri itu subjektif.
·       Komplikasi
intervensi
rasional
Infeksi :
1.      pantau :
·  Suhu stiap 4 jamsekali
· Keadaan luka
· Hasil laporan JDL terutam jumlah leukosit
Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang duharapkan.
2. jika suhu meningkat hingga 36,85 C selama 4 jam, mulailah memperhatikan paru-paru tiap jam dan menambah intake cairan melalui mulut.
Sushu diatas normal dalam waktu 8 jam pertamamengidentifikasikan permulaan atelektasis.
1.    Berikan antibiotic yang diresepkansetiap hari ketika melaksanakan terpi antibiotic.
Terapi ini diperlukan untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
2.    Ganti perban sesuai aturan dengan teknik aseptik
Verban yang lemabab merupakan media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
Tromboplebitis :
1.    bantu sirkulasi pada anggota badan bagian bawah setiap 8 jam sampai dimulai ambulasi
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
2.    gunakan stoking antiemboli jika dipesankan. Lepas 2 kali sehari untuk memeriksa kulit dengan memakai losion
Stoking mendorong kembali vena, mencegah statis
3. anjurkan latihan gerak di temapat tidur setiap 2 jam. Ketika ambulasi dimulai, pastikan pasien melakukannya secara progresif paling sedikit tiga kali sehari
Latihan merangsang sirkulasi.
Perdarahan :
1.    pantau :
·      TTV setiap 4 jam
·      Haluaran dari alat drainase luka, jika ada setiap 8 jam sekali
·      Status umum setiap 8 jam
Untuk mengidentifikasi kemmajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
2.    Gunakan kembali penghisap pada alat drainase luka setelah pengosongan
Alat ini membantu mencegah pembentukan hematoma
3.    Beri tahu dokter jika drainase luka berwarna merah terang dan terus bertambah
Normalnya drainase luka antara 50-100 ml/jam dan serosaguinosa gelap. Secara bertahap akan berkurang
4.    Jika verban luka menjadi penuh dengan cairan berwarna merah terang, verban kembali, usahakan pasien beristirahat di tempat tidur.
Ini dapat mengindikasi perdarahan, terutama jika tidak ada drein penrose.
·         perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
Perencanaan
rasional
1.      biarkan pasien mengekspresikan perasaan kondisi. Tijau sifat dasar varises. Setelah balutan dilepas biarkan pasien melihat kakainya. Ingatkan pasien bahwa pembengkakkan harus berkurang sebelum asil pembedahan dapat dinilai
Pengetahuan apa yang diantisipasi membantu meningkakan adaptasi.
2.      Rujuk pasien pada departemen terapi fisik untuk instruksi latihan.
Terapis fisik dapat membantu pasien dalam merencanakan program latihan yangamemenuhi kebutuhan-kebutuhan aktivitas pasien dalam memandang status kesehatn saat itu.
3.      Berikan instruksi tentang perawatn ekstermitas. Meliputi :
·         Menghindari aktivitas yang mempengaruhi alian darah (menggunakan pakaian ketat, menyilangkan kaki)
·         Menggunakan stoking penyokong setiap hari. Pakaian stoking penyokong dengan kaki ditinggikan.
·         Tinggikan kaki di atas ketinggian jantung totalnya 10-18 jam per hari selama minggu pertama
·         Hindari duduk atau berdiri pada satu posisi lenih dari 39 menit
·         Tinggikan kaki bila duduk
·         Cuci dan keringkan dengan seksama kaki dan telapak kaki setiap hari. Berikan pelembab kulit.
Aktivitas-aktivitas ini mencegah penurunan sirkulasi dan mempertahankan integritas kulit.
4.      Berikan instruksi tertulis tentang aktivitas perawtan diri dan perjanjian tertulis untuk kunjungan evaluasi
Instruksi verbal dapat dengan mudah  dilupakan
5.      Instruksikan pasien jikaada masalah-masalah :
·         Tromboflebitis
·         infeksi
Pertolongan medis dan intervensi cepat dapat mencegah kerusakan jaringan lanjut.
6.      Ajarkan dan biarkan pasien mempraktikkan penggunaan stoking antiembolitis dengan tepat.
Individu lebih mungkin untuk memenuhi program pemeliharaan kesehatan.

D.    Evaluasi
·      Penurunan pada edema, ekstermitas hangat dengan pengisian kapiler cepat, nadi pedalis dapat diraba, menyangkal kebas dan kesemutan, warna normal
·      Tak adanya demam, perdarahan berlebihan, dan trombiplebitis, pemulihan pasca operasi dalam RLP KDB
·      Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, meminta informasi, penggunaan stoking antiemboli yang benar, penampilan perawatan kulit kakai yang benar.















BAB IV
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Varises sendiri merupakan kelainan pada pembuluh darah balik (vena), di mana terjadi penurunan atau hilangnya elastisitas dinding vena, vena yang berkelok-kelok, menonjol dan berbelit dan kerusakan katup. Varises sering terdapat pada ekstermitas bawah karena efek gravitasi pada tekanan vena.
Pada 1981, trendelenburg memperhatikan bahwa varises diakibatkan oleh katup-katup vena yang tidak kompenten dan tekanan hidrostatik yang tidak normal pada ekstermitas bawah.
Secara umum gejala klinis yang biasa ditimbulkan, yakni rasa nyeri, kejang, berat di betis, kram, dan tromboflebitis (panas dan nyeri). Namun sebenarnya gejala varises sendiri ada beberapa tingkatan.
Pengibatan varises dapat dilakukan terapi operatif, non-operatif dan kompresi. Pengobatansecara opertaif seperti dilakukan ligasi dan pemotongan vena.






DAFTAR PUSTAKA

Baradero Mary. 2003. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler, EGC: Jakarta.
Engram Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3, EGC: Jakarta.
 Engram Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2, EGC: Jakarta.
Tieney M. Lawrence, Jr.,MD. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. Salemba Medika. Jakarta.
www.medicastrore.com